
Kompaspemburukeadilan.com
SAMARINDA – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Samarinda “Sanctus Ignasius De Loyola”mengelar diskusi publik melalui pertemuan daring bersama narasumber Emanuel Gobay selaku Direktur LBH PAPUA
Pertemuan yang berlangsung pada Minggu, 1 Desember 2024,melalui zoom ini yang di moderatori oleh otovianus Jebarus selaku Biro Advokasi Gerakan Masyarakat, agenda utama dari pertemuan ini adalah berdiskusi tentang rencana program transmigrasi oleh presiden Prabowo Subianto dan pelangaran-pelangaran Ham di Papua.
Dalam pertemuan tersebut Oktovianus Jebarus menyampaikan bahwa alasan mengapa tema “Transmigrasi dan Ham Papua” ini dipili dan perlu untuk di bahas karnah keduanya berkaitan erat dengan isu-isu sosial, ekonomi,politik dan budaya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.misalnya pada dampak lingkungannya,proyek transmigrasi seringkali melibatkan pembukaan lahan baru yang dapat mempengaruhi ekosistem setempat dan adanya dampak bagi masyarakat lokal yang hak dan budayanya tergangu dan seringkali terabaikan.
Dalam pertemuan daring yang berlangsung pada jam 15:00 – 18:00 tersebut ada banyak hal yang di sampaikan narasumber, Emanuel Gobay selaku Direktur LBH PAPUA ,hal-hal yang menjadi poin penting dalam penyampainya yakni banyaknya terjadi pelangaran-pelangaran HAM,seperti perampasan tana masyarakat adat,terjadinya ketidak adilan dalam penanganan kasus antara masyarakat dengan TNI/POLRI,terjadinya pelanggaran Genosida secara terstruktur yang di yakini di lakukan oleh negara.Serta pelangaran ham ini suda berlangsung selama puluhan tahun Samapai dengan hari ini, solusi konkrit terkait dengan pelanggaran ham ini adalah dengan adanya organisasi- organisasi yang pro terhadap masyarakat yakni dengan memberikan pendidikan serta penyadaran tentang undang-undang yang melindungi hak-hak mereka.ujarnya
Ketua perhimpunan mahasiswa Katolik Republik indonesia (PMKRI) cabang Samarinda,Nikolaus Yeblo menyampaikan harapannya dengan adanya diskusi publik ini “agar membuka wawasan dan pengetahuan baru terkait kondisi sebenarnya yang terjadi di Papua dan jangan muda percaya pada apa yang kita lihat atau baca di media sosial,tetapi cari tahu fakta dan periksa kebenaranya sebelum membuat kesimpulan atau menyebarkannya”pungkasnya
Reporter : Beda Belan