Dr. Muhammad Yasin, SE, MP Meniti Karir Dengan Ikhlas Dari Bawah Hingga Jadi Rektor

Dr. Muhammad Yasin, SE, MP Meniti Karir Dengan Ikhlas Dari Bawah Hingga Jadi Rektor

Palu, Sulawesi Tengah

Kompaspemburukeadilan.com

Tanggung jawab seorang Rektor Universitas tidaklah mudah, karena mencakup kepemimpinan tertinggi di universitas, termasuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat), manajemen administratif dan keuangan, pengembangan kebijakan, pembinaan staf dan mahasiswa, serta menjaga hubungan baik dengan lembaga internal dan eksternal, serta mewakili universitas di forum resmi. Beberapa hal inilah yang dijalani Dr. Muhammad Yasin, SE, MP sejak dirinya diamanahkan menduduki jabatan Rektor Universitas Alkhairaat Palu, Sulawesi Tengah.

Sarjana Ekonomi alumni STIE Makassar yang juga suami dari Isramiwati, SPd ini benar-benar meniti karir dari bawah di Universitas Alkhairaat sejak tahun 1994 sebagai dosen biasa yang belum memiliki legalitas berupa surat keputusan dari yayasan hingga sepuluh tahun lebih. Namun dirinya tetap bertahan karena kecintaannya kepada Alkhairaat, meskipun diberi honor sangat jauh dari kecukupan. Tetapi Ayah dari Ahmad Fauzan Ubaidillah, S.Kom, dan Amelia Riska Ramadani, S.Pam., Apt ini tetap bertahan dengan berbekal kesabaran dan keikhlasan, karena menurutnya rezeki, ajal, dan jodoh sudah ditentukan oleh Allah SWT. Jadi kita sebagai hamba tinggal mengikuti, menikmati, dan mensyukuri semua prosesnya, pungkas Alumni Strata Dua Magister Ekonomi Pertanian dan Strata Tiga atau Doktor Ekonomi Universitas Pajajaran Bandung, yang juga lulusan terbaik Strata Tiga di universitas bergengsi tersebut.

“Sebelum gabung di Unisa tahun 1994, saya pernah melamar di perguruan tinggi lain dan sedikit agak kecewa mendengar jawaban pimpinan perguruan tinggi tersebut yang mengatakan bahwa ‘Buat apa saya mempekerjakan orang lain sementara saya juga punya ponakan yang masih butuh pekerjaan.’ Saat mendengar kalimat itu hati saya pedih dan langsung melihat ke atas agar air mata saya tidak jatuh, karena jika saya melihat ke bawah pasti air mata saya menetes,” ungkap dosen yang bergelar Doktor pertama di Yayasan Alkhairaat ini mengenang masa-masa sulit waktu itu.

Baca Juga  Tindak Tegas Pelaku Tipidkor Dibeberapa Dinas, Gabungan Penggiat Anti Korupsi Sumsel Datangi Kejati

“Tapi saya meyakini bahwa semua itu adalah ujian untuk menguatkan diri dari Sang Pencipta.” Pada saat bergabung di Unisa tahun 1994, delapan tahun kemudian yaitu 2002, barulah dirinya di-SK-kan oleh Yayasan Alkhairaat. Dan delapan tahun berikutnya, yaitu tahun 2010, barulah kemudian dirinya digaji. Jadi secara praktis menurutnya 18 tahun ia melakukan tugas selaku dosen Unisa secara sukarela. Namun dirinya menikmati proses itu dengan rasa syukur dan tetap bertahan karena kecintaannya kepada Alkhairaat, meskipun nanti tanggal 1 Juli 2010 barulah dirinya memperoleh gaji pertama sebesar Rp369 ribu per bulan saat itu.

Lulusan terbaik Strata Tiga yang memperoleh nilai Cum Laude, dan menolak ketika dirinya ingin dipilih sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung 2011 ini, memulai jabatan di Unisa sebagai Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM). Sebelumnya ia pernah diamanahkan sebagai Wakil Dekan Fakultas Kedokteran dan Ketua Tim Penyusunan Borang Institusi Universitas, lalu menjabat sebagai Wakil Rektor I tahun 2014. Ia menegaskan bahwa jabatan itu adalah amanah yang identik dengan harga diri yang harus dijaga. Hingga baginya, jabatan itu tak perlu dikejar, tapi ketika jabatan itu dititipkan jangan ditolak, dan laksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Dirinya berpesan bahwa sikap tawadhu harus terus diamalkan. Karena dulu meskipun dirinya sudah bergelar Doktor, tetap ia menggunakan motor butut ke kampus, meskipun ada yang sering berkata sumbang padanya. Tetapi dirinya menepis semua itu secara halus, karena mengingat sosok Habib SIS Al Jufri (Guru Tua) yang dikaguminya, bagaimana kemudian Sang Habib awal merintis Perguruan Alkhairaat ini dengan menggunakan grobak dan kadang berjalan tertatih-tatih keluar masuk kampung demi memperjuangkan pendidikan serta mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan dari kebodohan.

Baca Juga  Pj Wali Kota Subulussalam Tegaskan Tidak Ada Niat Menggelapkan Dana Desa

Hingga tak ada alasan untuk tidak mengajak semua menanam benih di Alkhairaat, meski panennya di luar dan dalam bentuk puisi, putra Barru, Sulsel ini menitipkan pesan:

“Meskipun seribu pintu kau buka dan mempersilahkanku meninggalkanmu, tak akan kulakukan. Karena saya masih punya satu alasan untuk tinggal, yaitu karena saya masih punya rasa cinta terhadap Alkhairaat.”

Yang terakhir dirinya menegaskan “The right man on the right job.” Dirinya selalu memperlakukan orang sama dan penting dalam satu tim kerja tanpa melihat status, dan sikap netral selalu ia tanamkan pada dirinya. Bahwa apa yang kita terima adalah janji terkecil dari apa yang Allah berikan. Hingga kita harus didasari niat baik dalam tugas sebagai orang yang diberi ruang untuk mengabdi di Alkhairaat,” pungkas sosok yang santun dan ramah kepada siapa pun ini mengakhiri pembicaraan.

(MURI/HUSLAT)

Alamat Redaksi

Jl. Andi Sammeng lorong pasar Kalola RW/RW : 002/002 Dusun Awotarae Desa, Kalola Kecamatan. Maningpajo Kabupaten Wajo.Provinsi Sulawesi Selatan Kode Pos: 90952

Kontak person
Redaksi@kompaspemburukeadilan.com
0852-5551-4777

Copyright © 2023 Kompaspemburukeadilan.com