Kompaspemburukeadilan.com,
Mamuju – Dalam rangka memperingati 90 tahun penelitian arkeologi di Lembah Karama, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju, yang dimulai pada tahun 1933-2023, Tim pengabdian masyarakat, Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (DAFIK UGM) menggelar pameran dan diskusi, di Rumah Adat Mamuju, Jumat, (29/9).
Adapun yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut, yakni, Dr. Anggraeni, Peneliti dan Ketua Tim Pengabdian Masyarakat DAFIK UGM, dan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII, Andi Syamsul Rijal S.S., M.Hum.
Kegiatan yang harusnya di hadiri oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju tersebut berjalan dengan lancar meskipun tidak ada satupun pejabat Daerah yang hadir termasuk Wakil Bupati dan Dinas Pariwisata.
Sementara pesertanya antara lain, Camat Kalumpang, Camat Bonehau, Pemerhati Budaya dan Aktivis Gerakan Bonehau Kalumpang
“Dalam diskusi tersebut Pemerintah mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak”.
Aco Riswan Inisiator pembentukan Dewan Pengurus Adat Pemuda Kalumpang Raya saat di konfimasi dia mengatakan harusnya pemerintah Daerah hadir agar diskusi bisa menemukan pangkalnya, tapi yg terjadi beda seolah pertemuan ini kurang berarti.
Bagaimana tidak mereka tidak menghindari pertemuan yang tak lain membahas kemajuan Bonehau Kalumpang di sektor pariwisata dan kebudayaan sedangkan yang di inginkan pemerintah adalah membuat daerah tersebut sebagai wilayah PLTA dan industri Pertambangan jelas ini alasan mereka tidak hadir, tegas Aco
Bukan hanya itu Adam Jauri juga angkat bicara soal pertemuan ini katanya harusnya memang pertemuan ini di hadiri oleh Pemda agar pokok pikiran kita bisa tersalurkan dengan baik oleh sebab itu sangat di sayangkan Bupati, Wakil Bupati dan asisten sama sekali tidak hadir.
Ia menyarankan harusnya ada Musium yang di buat di kalumpang dan ini harus di dorong oleh berbagai pihak, tutup adam
Sementara itu, Camat Kalumpang, Bram Thosuly, S.H, juga berharap agar hasil penelitian tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan untuk penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah agar Kalumpang menjadi wilayah pengembangan pariwisata dan budaya bahkan didorong untuk ditetapkan menjadi warisan Dunia oleh UNESCO.
Camat Bonehau, Sinardianto Tamandalan, mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan mengajak peserta untuk melihat perjalanan sejarah penelitian yang dimulai dari Tahun 1923 hingga 2023″ katanya via WhatsAap, Sabtu, (30/9).
Menurutnya, penelitian ini diawali dari penemuan patung Amrawati di Sikendeng sampaga sehingga pemerintah kolonial Belanda tertarik untuk melakukan penelitian di sepanjang aliran sungai Karama.
Pria yang akrab disapa Sinar ini berharap, hasil penelitian ini dapat menyatukan pendapat dan memperkuat persatuan dalam masyarakat Kalumpang Raya tentang sejarah dan kebudayaan dan dikembangkan menjadi daya tarik wisata untuk kesejahteraan masyarakat.
Ar