Kompaspemburukeadilan.com,
Sulbar – Puluhan warga di Salutalawar, Desa Belang-belang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, sejak pagi, Selasa, (03/10/2023) melakukan unjuk rasa dan memblokade jalan utama masuk di PLTU Mamuju.
Gerakan tersebut dilakukan akibat dari kekecewaan 30 kepala keluarga di sekitar lokasi PLTU yang mengaku dijanji penggantian atap rumah mereka.
Menanggapi masalah Ini Aktivis Pemerhati Tambang dan Lingkungan Hidup Aco Riswan ingatkan kepada pihak perusahaan untuk tidak menyepelekan tuntutan Masyarakat sekitar, tegasnya
Bukanka pada saat sosialisasi PLTU menjanjikan penggantian atap dilakukan setiap bulan untuk 2 rumah warga. Namun setelah setahun berlalu hingga saat ini atap warga bocor, penggantian tidak kunjung direalisasikan, ini miris
“Masyarakat sudah aksi lima kali, pihak perusahaan dalam hal ini managernya hanya bisa berjanji, padahal rumah warga sudah bocor-bocor akibat dari efek PLTU”.
Hasil penelitian menujukkan bahwa dampak yang terdapat dari adanya PLTU tersebut yaitu dampak lingkungan berupa polusi udara, limbah, dan getaran mesin dari PLTU yang kini semakin membuat masyarakat resah dan tidak nyaman, jelasnya
“Terbukti sudah banyak Masyarakat yang gatal-gatal dan itu baru yg terlihat bagaimana dengan kerusakan paru-paru dan Mata akibat Folusi”.
Dalam riset terbaru yang dikeluarkan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), polusi PLTU batu bara itu menyebabkan 1.470 kematian setiap tahun dan menimbulkan kerugian kesehatan hingga Rp14,2 triliun.
Kami akan segera laporkan hal ini ke GAKKUM LHK untuk di tindak lanjuti agar dampak kerusakan ekosistem lingkungan hidup bisa di atasi jangan sampai terjadi berkelanjutan, tutupnya